BIAS
AL-QUR’AN
Karya :
BACHTAR SURYANI
Disusun
Oleh
Bahraini, S.Pd.I
(Staf Pengajar di MIN Pembantanan Kab. Banjar)
MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI (MIN) PEMBANTANAN
KEC. SEI. TABUK KAB.
BANJAR
TH. 2011
PADAMU SEGALANYA
Oleh :
Bachtar Suryani
Tuhan, dengan segenap
keyakinan dan hati yang ikhlas
Kuucapkan syahadah
Tiada arah patut bersujud,
tiada tempat apa
penghuni langit, penghuni
daratan, penghuni laut dan
sebagainya.
Alanglah banyak kuasa semu
alangkah banyak pemandangan
dan rona
dari waktu-kewaktu
yang melata dan memasuki
dunia angan
semuanya takkan sebesar debu
kuasaMu
segalanya ada karenaMu
segalanya lenyap pulang ke
asalMu
segalanya layak hanya sujud
padaMu
Apapun
makhuk-makhluk mulia yang
Kau cipta
dari serat-serat gugus
cahaya
yang mampu segalanya
betapapun, tak pernah merasa
tinggi
apalagi mendabik diri.
(Nukilan Surah
An-Nahl : 49)
DALAM PERBURUAN
Oleh :
Bachtar Suryani
Seperti matahari yang
menggelinding ke barat
cepat dan pasti
lalu tiba-tiba membentur
dinding langit
adalah manusia
yang meniti ke ujung
perjalanan tak bertanda
seperti matahari yang
tiba-tiba menukik ke
perut laut
ke dalam dan sepi dalam
dingin
tak bersuara apa-apa
lalu merangkak lagi dalam
nyala yang pijar
esok pagi
adalah nasib
yang meniti ruas musim silih
berganti
pada usia dan guratan nasib
kitapun merangkap
menyusuri langkah waktu
dan
pada lembar usia dan rahasia
di balik nasib
kitapun berlari dalam
perburuan yang garang
melawan tikaman beribu mata
panah kendala
yang pasti tiba.
KAMAR TERAKHIR
Oleh :
Bachtar Suryani
Sepi sekelilingku, sepi
kamar ini
sementara yang terdengar
hanya detak usia
yang makin renta
melangkah tak henti-henti
mendekati pengembaraan akhir
sepi ruangn ini
yang ada Cuma cerita hati
sementara aku kian jauh
terasing
terdengar lirih tawa
mengejek alpaku
terasa pedih ujung selagi
menusuk-nusuk
pada sisa usia
yang makin renta
Di sini aku bagai sosok
asing
menatap dinding dunia yang
kian buram
menggemgam kebahagiaan yang
selalu semu
sementara diri
berkeping-keping
hancur, ditikam beribu
kendala musim
Tuhan
hamba tunggu semua ini
berujung
dan kamar penghabisan ini
akan kutinggalkan
mengahadapmu
Tuhan
lidah hati dan mataku
menunggu di depan gerbangmu.
BICARALAH SIAPA YANG
RINDU
Oleh :
Bachtar Suryani
Melintas belantara ini segenap malam
kau bertanya di mana Tuhan
katakan dekat
dekat sekali
dari kuku dan daging di ujung jari
Tuhan pasti menemui siapa
yang mencari
dan Tuhan akan memburu
siapa yang rindu
Bila ingin bicara padaNya
bicaralah, sebab seharusnya kita mesti bicara tapi
ketika
lembut dalam sujud, mengadu
karena garis nasib yang tergilas di padang perburuan
terperangkap musim yang gerang
dalam cadar kehidupan yang makin kumuh dan buram
bicara
dalam basah air mata
untuk secangkir air tawar dan obat duka, luka
karena penyakit rahasia yang menoreh parah
dan tikaman beribu panah kendala
Bila ingin bicara, bicaralah
dalam tafakkur
bisikkan hingga ke dasar hati
lewat sebuah ayat lewat lembaran kitab samawi
sebuah kaca paling tinggi.
(
Nukilan Suarah Al-Baqarah ayat : 186 )
P R A H A R A
Oleh :
Bachtar Suryani
Hanya AsmaMU Ya Allah, basah
lidah dalam
pasrah yang rindu
Maha, kasih, Maha Sayang
Tahukah kalian tentang
prahara itu
hari penghabisan segalanya
tak menentu
hari itu
manusia bagai belalang di
padang buruan
dan gunung-gunung dan perut
bumi berhamburan
bagai serabut kapas dalam
topan
tapi
orang-orang yang berlimpah
timbangannya
amal baik dan pengabdian
kekal dalam kebahagiaan
dan orang-orang yang
timbangannya terendam
ditindih dosa-dosa
adalah batu bara yang
menyala
lebur dalam panas tak
terhingga.
(
Nukilan Surah Al-Qaari’ah )
CAHAYA ATAS CAHAYA
Oleh :
Bachtar Suryani
Allah tebarkan cahaya pada
lengkung langit
jagat semesta
dan cahaya itu bagai sebuah
renung
pada jendela yang tak tembus
pandang
dan kerdip pelita di balik
kaca
kemilau kilat butir-butir
mutiara
kemilau hangat bintang doria
menyala indah minyak zaitun
yang penuh berkah
nadi akarnya menjamah di
bumi purba
tapi
tidak di upuk timur tempat
fajar rekah menyala
tidak di kaki barat langit
merah membara
dalam kelembutan minyak
pelita
cemerlang penuh cahaya
biarpun tidak disentuh api
dan Nur Ilahi
cahaya bersusun lapis atas
cahaya
(dalam kabut dan sabuk musim
yang berpacu
dalam samar rambu-rambu)
Hidayah Alllah arah penentu
Pada busur langit
Alllah tebarkan bimbingan
dalam cahaya
pada sisapapun yang rindu
dan mencariNya
(
Nukilan Surah An-nur ayat 35 )
BOLA-BOLA CAHAYA
Oleh :
Bachtar Suryani
Pada lengkung langit dan bola-bola cahaya
ada seberkas rahasia
apakah gerangan bola cahaya
bola itu bintang pijar di gelap malam
yang menghujam cahaya di ujung subuh
bayangan
setiap manusia tersurat dalam genggam kuasa
dan perhitungan Tuhan
lalu tentang dirimu
dari mana ujud asalnya
dirimu
dari cairan pekat yang bertumpah
di sela himpitan punggung ayah
dan tulang rangka dada bunda
saat itu dalam kepastian Tuhan bangunkan
semua insan dan dinding-dinding rahasia di
singkapkan
saat itu
terkapar manusia tanpa daya
tak seorangpun mengulur sayang buatnya
demi langit yang menerbangkan biji-bijian
hujan
menyuburhijaukan lading dan dedaunan
sungguh ayat ini kadar pembela
bukan mainan bukan tipu daya
dan orang-orrang kafir itu telah membuat
rencana perhitungan
tapi Aku pun balik dengan perlawanan
saat itu
berilah mereka tenggang waktu
dalam diam dan nasib tak menentu.
( Nukilan Surah
At-Tharik )
RASUL PENGHABISAN
Oleh :
Bachtar Suryani
Malam itu
telah terbit bulan penuh di celah bukit wida
di balik hijau lambaian pelepah kurma
di dataran gersang pasir-pasir sahara
malam itu
telah datang rasul pilihan
untuk ummat sepanjang zaman
dialah Muhammad, rasul penghabisan
malam itu
puncak keajaiban yang mempesona
api abadi majusi tiba-tiba padam bagai tersiram
dan berhala keliling punggung ka’bah
tiba-tiba saja berjatuhan, tiba-tiba rebah
dan burung-burung bencana melemparkan hujan
batu-batu karang neraka yang pijar
ganas embakar
lalu tuhan lumatkan bala tentera dan gajah-gajah itu
bagai daun-daun muda yang dikunyah
lebur dan musnah
malam itu
telah memancar sebersit cahaya bulan penuh
menembus dinding lembah dan tembok batu
merayapi dataran mengarungi laut biru
membawa kesejukan yang damai
hari ini
rahmat dan salam kita sampaikan
padamu Rasul pilihan
Muhammad utusan Tuhan.
KUDA-KUDA PERANG
Oleh :
Bachtar Suryani
Demi kuda-kuda perang
berkaki tembaga
yang berpacu berkejaran
dengan gerang
menerbangkan batu-batu pijar
dari kuku yang membakar
dalam kabut subuh tiba-tiba
menyerbu
mengacauhamburkan kelompok
musuh
sungguh manusia
darahnya dihitami bintik
dosa
enggan merendah diri dan
balas budi
pada Tuhannya
biarpun sesungguhnya ia
mengerti
sungguh manusia
darahnya meleleh demi cinta
pada harta
ia rakus lantaran tipu daya
sungguh manusia sering alpa
tentang kematian tentang
kebangkitan
dari kubur yang menghimpit
dan disingkapkan dinding
rahasia
tentang suatu hari
akan terlihat segala yang
diperbuat.
( Nukilan
Surah Al-Aadiat )
DALAM PERJALANAN
Oleh :
Bachtar Suryani
Perjalanan ini dalam musim
yang berpacu
antara debu dan keringat
sebuah roda menggelinding
sebuah lagi
lepas dari poros dan jalur
lurus
membentur dinding kehidupan
beban yang menindih
nasib yang lirih
padan sebuah tikungan
rambupun patah
lembar-lembar kalender yang
sobek dan jatuh
dan setangkai bunga
tiba-tiba layu
dalam berpacu
mengapa kita tidak
menghitungnya
dalam perjalanan ini
daun-daun yang sobek
beterbangan
dan jatuh
adalah usia kita
yang hilang tanpa terasa.
PERJALANAN PANJANG
Oleh :
Bachtar Suryani
Hidup adalah tombak dan
tetes air
perlahan dan mengalir
menguap dijamah waktu
lalu berangkat dalam
perjalanan panjang
suatu saat sampai juga pada
terminal akhir
di pintu kebesaran Ilahi
tertumpuk segala untuk
dihitung
lalu satu-satu tersingkap
dinding rahasia
satu-satu bicara dan memilih
jalan sendiri
seperti apa yang dititinya
dalam perjalanan
semula
dalam hidupnya
perjalanan akhirnya tiba
juga di muara
dan arus itu bercabang dua :
Sorga atau Neraka
Dalam perjalanan hari ini
Kita meniti di tengah
meramu beban, membungkus
untuk perjalanan
meniti ujung yang pasti
tiba.
TIBA-TIBA BUMI
MENELAN KITA
Oleh :
Bachtar Suryani
Lembar-lembar daun yang
sobek dan jatuh di tanah
pada mulanya hijau kuning
kemudian kering
sepanjang musim
mengapa kita tidak
menghitungnya
seperti seikat mata uang
atau butir-butir mainan
yang bersua di jalanan
daun-daun yang sobek
yang jatuh bersama angin
berserak sepanjang musim
adalah lembar usia kita
tidak terasa langkah kita
satu-satu menapaki lorong ini
pada siang pada malam
pada duka pada sepi
pada canda pada cahaya
pada panas pada mimpi
pada ingat pada lupa
pada apa
pada segalanya
lalu tiba-tiba saja bumi
menelan kita
melepaskan genggam kita
lembar-lembar daun yang
terlepas dan jatuh
mengapa kita tidak
menghitungnya
lalu membungkus bekal untuk
perjalanan
jauh sekali
tidak tahu
tiba-tiba saja bumi menelan
kita
sementara kita belum punya
apa-apa.
Trimakasih blognya Alhamdulillah sangat membantu sekali :) diperbanyak lagi pakk
ReplyDeleteizin untuk mengcopy puisinya ya pak,,, sukron katsir
ReplyDeleteCopas njih....
ReplyDeleteNuwun
Copas njih....
ReplyDeleteNuwun
untuk owner karya ini. Mohon izin dipakai ya.. untuk kepentingan tugas dalam membuat video cinematic yaa. terima kasih :)
ReplyDeleteIzin copas terimakasih
ReplyDeleteTerimakasih kasih pak karyanya sangat membantu
ReplyDeleteterimakasih ini sangat membantu
ReplyDeletesaya pernah belajar di MIN Al Istiqomah dan dapat kumpulan puisi ini dari guru saya.
ReplyDeleteDan saya tau sedikit cerita tentang pengumpulan puisi ini, saat sy di MTS Al Istiqomah puisi ini sering kami bawakan ketika acara mukhadarah
ReplyDeletesaat tahun 1993
Jazakallah khoiron Ustadz.. sangat menginspirasi.. izin ikut belajar
ReplyDelete