Sunday 16 December 2012

Kumpulan Puitisasi Alqur'an 2013


 BIAS AL-QUR’AN

Karya : BACHTAR SURYANI



Disusun
Oleh 
Bahraini, S.Pd.I
(Staf Pengajar di MIN Pembantanan Kab. Banjar)
 


MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI (MIN) PEMBANTANAN
KEC. SEI. TABUK KAB. BANJAR
TH. 2011




PADAMU SEGALANYA

Oleh   :  Bachtar Suryani

Tuhan, dengan segenap keyakinan dan hati yang ikhlas
Kuucapkan syahadah
Tiada arah patut bersujud, tiada tempat apa
penghuni langit, penghuni daratan, penghuni laut                                  dan sebagainya.

Alanglah banyak kuasa semu
alangkah banyak pemandangan dan rona
dari waktu-kewaktu
yang melata dan memasuki dunia angan
semuanya takkan sebesar debu kuasaMu
segalanya ada karenaMu
segalanya lenyap pulang ke asalMu
segalanya layak hanya sujud padaMu

Apapun
makhuk-makhluk mulia yang Kau cipta
dari serat-serat gugus cahaya
yang mampu segalanya
betapapun, tak pernah merasa tinggi
apalagi mendabik diri.

(Nukilan Surah An-Nahl : 49)






DALAM PERBURUAN

Oleh   :  Bachtar Suryani

Seperti matahari yang menggelinding ke barat
cepat dan pasti
lalu tiba-tiba membentur dinding langit
adalah manusia
yang meniti ke ujung perjalanan tak bertanda

seperti matahari yang tiba-tiba menukik ke
perut laut
ke dalam dan sepi dalam dingin
tak bersuara apa-apa
lalu merangkak lagi dalam nyala yang pijar 
esok pagi
adalah nasib
yang meniti ruas musim silih berganti

pada usia dan guratan nasib
kitapun merangkap
menyusuri langkah waktu

dan
pada lembar usia dan rahasia di balik nasib
kitapun berlari dalam perburuan yang garang
melawan tikaman beribu mata panah kendala
yang pasti tiba.






KAMAR TERAKHIR

Oleh   :  Bachtar Suryani

Sepi sekelilingku, sepi kamar ini
sementara yang terdengar hanya detak usia
yang makin renta
melangkah tak henti-henti

mendekati pengembaraan akhir
sepi ruangn ini
yang ada Cuma cerita hati
sementara aku kian jauh terasing
terdengar lirih tawa mengejek alpaku
terasa pedih ujung selagi menusuk-nusuk
pada sisa usia
yang makin renta

Di sini aku bagai sosok asing
menatap dinding dunia yang kian buram
menggemgam kebahagiaan yang selalu semu
sementara diri berkeping-keping
hancur, ditikam beribu kendala musim

Tuhan
hamba tunggu semua ini berujung
dan kamar penghabisan ini akan kutinggalkan
mengahadapmu

Tuhan
lidah hati dan mataku
menunggu di depan gerbangmu.


BICARALAH SIAPA YANG RINDU

Oleh   :  Bachtar Suryani

Melintas belantara ini segenap malam
kau bertanya di mana Tuhan
katakan dekat
dekat sekali
dari kuku dan daging di ujung jari
Tuhan pasti menemui siapa
yang mencari
dan Tuhan akan memburu
siapa yang rindu

Bila ingin bicara padaNya
bicaralah, sebab seharusnya kita mesti bicara tapi
ketika
lembut dalam sujud, mengadu
karena garis nasib yang tergilas di padang perburuan
terperangkap musim yang gerang
dalam cadar kehidupan yang makin kumuh dan buram

bicara
dalam basah air mata
untuk secangkir air tawar dan obat duka, luka
karena penyakit rahasia yang menoreh parah
dan tikaman beribu panah kendala

Bila ingin bicara, bicaralah
dalam tafakkur
bisikkan hingga ke dasar hati
lewat sebuah ayat lewat lembaran kitab samawi
sebuah kaca paling tinggi.

( Nukilan Suarah Al-Baqarah ayat  :  186 )


P R A H A R A

Oleh   :  Bachtar Suryani

Hanya AsmaMU Ya Allah, basah lidah dalam
pasrah yang rindu
Maha, kasih, Maha Sayang

Tahukah kalian tentang prahara itu
hari penghabisan segalanya tak menentu
hari itu
manusia bagai belalang di padang buruan
dan gunung-gunung dan perut bumi berhamburan
bagai serabut kapas dalam topan

tapi
orang-orang yang berlimpah timbangannya
amal baik dan pengabdian
kekal dalam kebahagiaan

dan orang-orang yang timbangannya terendam
ditindih dosa-dosa
adalah batu bara yang menyala
lebur dalam panas tak terhingga.

( Nukilan Surah Al-Qaari’ah )









CAHAYA ATAS CAHAYA

Oleh   :  Bachtar Suryani

Allah tebarkan cahaya pada lengkung langit
jagat semesta
dan cahaya itu bagai sebuah renung

pada jendela yang tak tembus pandang
dan kerdip pelita di balik kaca
kemilau kilat butir-butir mutiara
kemilau hangat bintang doria

menyala indah minyak zaitun yang penuh berkah
nadi akarnya menjamah di bumi purba
tapi
tidak di upuk timur tempat fajar rekah menyala
tidak di kaki barat langit merah membara

dalam kelembutan minyak pelita
cemerlang penuh cahaya biarpun tidak disentuh api
dan Nur Ilahi

cahaya bersusun lapis atas cahaya
(dalam kabut dan sabuk musim yang berpacu
dalam samar rambu-rambu)
Hidayah Alllah arah penentu

Pada busur langit
Alllah tebarkan bimbingan dalam cahaya
pada sisapapun yang rindu dan mencariNya

( Nukilan Surah An-nur ayat 35 )


BOLA-BOLA CAHAYA

Oleh   :  Bachtar Suryani
Pada lengkung langit dan bola-bola cahaya
ada seberkas rahasia
apakah gerangan bola cahaya
bola itu bintang pijar di gelap malam
yang menghujam cahaya di ujung subuh

bayangan
setiap manusia tersurat dalam genggam kuasa 
dan perhitungan Tuhan
lalu tentang dirimu
dari mana ujud asalnya
dirimu
dari cairan pekat yang bertumpah
di sela himpitan punggung ayah
dan tulang rangka dada bunda

saat itu dalam kepastian Tuhan bangunkan
semua insan dan dinding-dinding rahasia di
singkapkan
saat itu
terkapar manusia tanpa daya
tak seorangpun mengulur sayang buatnya

demi langit yang menerbangkan biji-bijian
hujan
menyuburhijaukan lading dan dedaunan

sungguh ayat ini kadar pembela
bukan mainan bukan tipu daya
dan orang-orrang kafir itu telah membuat
rencana perhitungan

tapi Aku pun balik dengan perlawanan
saat itu
berilah mereka tenggang waktu
dalam diam dan nasib  tak menentu.

( Nukilan Surah At-Tharik )



RASUL PENGHABISAN

Oleh   :  Bachtar Suryani

Malam itu
telah terbit bulan penuh di celah bukit wida
di balik hijau lambaian pelepah kurma
di dataran gersang pasir-pasir sahara

malam itu
telah datang rasul pilihan
untuk ummat sepanjang zaman
dialah Muhammad, rasul penghabisan

malam itu
puncak keajaiban yang mempesona
api abadi majusi tiba-tiba padam bagai tersiram
dan berhala keliling punggung ka’bah
tiba-tiba saja berjatuhan, tiba-tiba rebah
dan burung-burung bencana melemparkan hujan
batu-batu karang neraka yang pijar
ganas embakar

lalu tuhan lumatkan bala tentera dan gajah-gajah itu
bagai daun-daun muda yang dikunyah
lebur dan musnah

malam itu
telah memancar sebersit cahaya bulan penuh
menembus dinding lembah dan tembok batu
merayapi dataran mengarungi laut biru
membawa kesejukan yang damai

hari ini
rahmat dan salam kita sampaikan
padamu Rasul pilihan
Muhammad utusan Tuhan.




KUDA-KUDA PERANG

Oleh   :  Bachtar Suryani

Demi kuda-kuda perang berkaki tembaga
yang berpacu berkejaran dengan gerang
menerbangkan batu-batu pijar dari kuku yang membakar
dalam kabut subuh tiba-tiba menyerbu
mengacauhamburkan kelompok musuh

sungguh manusia
darahnya dihitami bintik dosa
enggan merendah diri dan balas budi
pada Tuhannya
biarpun sesungguhnya ia mengerti

sungguh manusia
darahnya meleleh demi cinta pada harta
ia rakus lantaran tipu daya

sungguh manusia sering alpa
tentang kematian tentang kebangkitan
dari kubur yang menghimpit
dan disingkapkan dinding rahasia
tentang suatu hari
akan terlihat segala yang diperbuat.

( Nukilan Surah Al-Aadiat )






DALAM PERJALANAN

Oleh   :  Bachtar Suryani

Perjalanan ini dalam musim yang berpacu
antara debu dan keringat
sebuah roda menggelinding
sebuah lagi
lepas dari poros dan jalur lurus
membentur dinding kehidupan

beban yang menindih
nasib yang lirih
padan sebuah tikungan
rambupun patah

lembar-lembar kalender yang sobek dan jatuh
dan setangkai bunga tiba-tiba layu
dalam berpacu
mengapa kita tidak menghitungnya
dalam perjalanan ini

daun-daun yang sobek
beterbangan
dan jatuh
adalah usia kita
yang hilang tanpa terasa.






PERJALANAN PANJANG

Oleh   :  Bachtar Suryani

Hidup adalah tombak dan tetes air

perlahan dan mengalir
menguap dijamah waktu
lalu berangkat dalam perjalanan panjang
suatu saat sampai juga pada terminal akhir
di pintu kebesaran Ilahi
tertumpuk segala untuk dihitung

lalu satu-satu tersingkap dinding rahasia
satu-satu bicara dan memilih jalan sendiri
seperti apa yang dititinya dalam perjalanan
semula
dalam hidupnya
perjalanan akhirnya tiba juga di muara
dan arus itu bercabang dua :
Sorga atau Neraka

Dalam perjalanan hari ini
Kita meniti di tengah
meramu beban, membungkus untuk perjalanan
meniti ujung yang pasti tiba.








TIBA-TIBA BUMI MENELAN KITA

Oleh   :  Bachtar Suryani

Lembar-lembar daun yang sobek dan jatuh di tanah
pada mulanya hijau kuning kemudian kering
sepanjang musim
mengapa kita tidak menghitungnya
seperti seikat mata uang atau butir-butir mainan
yang bersua di jalanan
daun-daun yang sobek
yang jatuh bersama angin
berserak sepanjang musim
adalah lembar usia kita
tidak terasa langkah kita satu-satu menapaki lorong ini
pada siang pada malam
pada duka pada sepi
pada canda pada cahaya
pada panas pada mimpi
pada ingat pada lupa
pada apa
pada segalanya
lalu tiba-tiba saja bumi menelan kita
melepaskan genggam kita

lembar-lembar daun yang terlepas dan jatuh
mengapa kita tidak menghitungnya
lalu membungkus bekal untuk perjalanan
jauh sekali

tidak tahu
tiba-tiba saja bumi menelan kita
sementara kita belum punya apa-apa.


10 comments:

  1. Trimakasih blognya Alhamdulillah sangat membantu sekali :) diperbanyak lagi pakk

    ReplyDelete
  2. izin untuk mengcopy puisinya ya pak,,, sukron katsir

    ReplyDelete
  3. untuk owner karya ini. Mohon izin dipakai ya.. untuk kepentingan tugas dalam membuat video cinematic yaa. terima kasih :)

    ReplyDelete
  4. Terimakasih kasih pak karyanya sangat membantu

    ReplyDelete
  5. terimakasih ini sangat membantu

    ReplyDelete
  6. saya pernah belajar di MIN Al Istiqomah dan dapat kumpulan puisi ini dari guru saya.

    ReplyDelete
  7. Dan saya tau sedikit cerita tentang pengumpulan puisi ini, saat sy di MTS Al Istiqomah puisi ini sering kami bawakan ketika acara mukhadarah
    saat tahun 1993

    ReplyDelete